Manusia berencana dan berupaya, namun keputusan di tangan Tuhan jua. Manakala segala daya upaya telah ditempuh, tapi takdir menggariskan lain, maka hanya ketabahan dan kesabaran sebagai obat penyembuh. Tuhan Maha Adil, dibalik semua kepedihan, toh ada hikmah yang terkandung. Hal inilah yang tersirat selama wawancara pdpersi.co.id, akhir April 2001, dengan seorang ibu bernama Andri Yanti (32). Pada suatu masa di kehidupannya, Yanti harus rela mengikhlaskan sang buah hati, Aditya Rizki Chandra. Kepergian yang terasa menyesakkan, ditengah harapan, semangat, serta perjuangan, agar penyakit putra kesayangannya sembuh.Tidak ada yang patut dan bisa disalahkan, Ini jalan Tuhan! Mungkin hal inilah yang terbaik bagi Chandra, yang terlahir dalam keadaan kurang sempurna. Chandra dilahirkan setelah sang bunda mengalami empat kali keguguran. Pun, Chandra hanya memiliki separuh langit-langit di mulutnya dan separuh klep di jantungnya. Kelahiran Chandra, meski awalnya membuat lemas Yanti dan suaminya Aria Bima (34), disambut tangan terbuka. Disambut pula keyakinan, Chandra akan sembuh dengan upaya pengobatan. Sebuah tekad suci, yang terpatri di hati pasangan suami istri itu.

Yanti telah berencana. Pertama, dia akan melakukan operasi bibir sumbing, operasi langit-langit, lalu operasi jantung, dan terakhir operasi gusi. Empat hal ini, diyakini Yanti akan membuat Chandra sembuh dan bisa hidup normal seperti manusia lainnya. Rencana pertama yaitu operasi sumbing, dilakukan dua kali saat Chandra berusia 4 bulan dan 6 bulan. Operasi ini berjalan baik, karena bibir Chandra kembali menyatu dan kelihatan normal. Genap setahun, dilakukan operasi langit-langit. Menurut Yanti, operasi ini dilakukan agar anaknya tidak tergantung pada abdurator yang setiap minggu harus dibersihkan, atau disesuaikan dengan pelebaran mulut anaknya. Operasi ini pun berjalan baik, meski Chandra sempat koma dan membuat dirinya khawatir Setelah operasi ini, kebahagiaan merundung pasangan Yanti-Aria. Setelah dua rencananya sukses, Yanti memburu rencana ketiga. Yaitu, operasi jantung buat Chandra. Operasi ini sempat mengundang perdebatan, ada yang menganggapnya sangat berbahaya bagi keselamatan Chandra. Tapi di sisi lain, justru operasi ini harus dilakukan secepatnya. Setelah melakukan konsultasi dengan dokter ahli, Yanti pun mendapatkan keyakinan bahwa operasi ini tergolong aman. Akhirnya, keputusan terakhir adalah mengoperasi Chandra secepatnya. Keyakinan Yanti bertambah tebal karena mendapatkan rumah sakit yang menurut orang punya reputasi baik dalam melakukan operasi jantung pada bayi. Sebenarnya, alasan Yanti membawa Chandra ke meja operasi adalah ingin menjauhkannya anaknya dari penderitaan berkepanjangan. Dia tak sampai hati melihat anaknya terus sakit-sakitan.

Keinginan Yanti sangat beralasan, sebab sebagai penderita jantung Chandra tidak bisa seperti anak-anak lainnya. Ia mudah sekali lelah dan tidak boleh kaget. Operasi pun digelar dengan sejuta harapan. Chandra yang kurus, dengan berat hanya 9 Kg, terkulai tak berdaya karena obat bius mulai merambah tubuhnya. Waktu terus berjalan, tiga jam operasi cukup membuat Yanti khawatir. Namun, operasi berakhir dengan sukses. Lega hati Yanti, meski tetap menyimpan cemas karena Chandra belum sadarkan diri. Setelah tiga hari operasi, Chandra tetap belum sadarkan diri. Bahkan pada malam ketiga, tubuhnya berubah menjadi kuning dan matanya membelalak ke atas. Dokter mengatakan, belum sadarnya Chandra akibat pemberian obat bius terus-menerus untuk mengurangi rasa sakit.

Menjelang Shubuh, kondisi Chandra mulai tak karuan. Meski sudah diberi obat seharga Rp 2,5 juta, tetap saja keadaannya tak bertambah baik. Kali ini kecemasan luar biasa menyelimuti Yanti. Detak jantung anaknya melemah dari 100 ke 90, lalu turun ke 75, hingga akhirnya bertahan di angka 5. Kesedihan tak tertahankan lagi, Yanti terus menatap dan berdoa semoga keajaiban datang.Cukup lama detak jantung Chandra bertahan di angka lima. Suatu kesadaran seolah merambat dingin di tubuhnya, manakala beberapa orang meminta Yanti memasrahkan anaknya. Secara medis, Chandra memang tak akan bisa bertahan hidup. Setelah terlebih dahulu melakukan Sholat Shubuh, Yanti pun memasrahkan kepergian Chandra. Tepat pukul 05.00 WIB, detak jantung Chandra melemah ke angka empat, hingga akhirnya mencapai titik nol dan menghembuskan nafas terakhirnya. Kepergian Chandra diusianya yang kedua, 4 Juli 1999, jelas membawa kepedihan tersendiri bagi Yanti.

Setelah 2 tahun menjaga dan merawat Chandra dengan penuh kasih, sang buah hati harus pergi ke peraduannya yang terakhir. "Ini mungkin yang terbaik buat saya Chandra. Keinginan saya untuk segera mengakhiri penderitaan Chandra dikabulkan, meski dengan cara yang lain," ujar Yanti seraya terisak. Selamat jalan Chandra, bahagialah disisi-Nya.

Inti dari kisah diatas : Tuhan tahu apa yang dibutuhkan umat-NYA, dan Tuhan (juga) tahu apa yang tidak dibutuhkan umat-NYA.

dari milis motivasi

Korean love story

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Cinta

Cinta tak pernah akan begitu indah, jika tanpa persahabatan.. yang satu selalu menjadi penyebab yang lain dan prosesnya..adalah irreversible...

Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat.

Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu di antarakalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang...Begitu juga dalam kasus, kamu yang mencari, dan yang lain akan menanti...

Jangan pernah takut untuk jatuh cinta.. mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan kamu sakit dan menderita.. tapi jika kamu tidakmengikuti kata hati, pada akhirnya kamu akan menangis.. jauh lebih pedih..karena saat itu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi...

Cinta itu sebuah jalan. Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen... Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja...Cinta tak harus berakhir bahagia.. karena cinta tidak harus berakhir...Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan... dan mengerti apa yangtidak dijelaskan, sebab cinta tidak datang dari bibir dan lidah ataupikiran.. melainkan dari HATI.

Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika kamu demikian, kamu bukan mencintai, melainkan.. investasi.

Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharap kebahagiaan, kamu bukan mencintai.. melainkan memanfaatkan.

Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamucintai dari pada kehilangan seseorang yang kamu cintai, karena egomu yangtak berguna itu...

Bagaimana aku akan berkata "SELAMAT TINGGAL".. kepada seseorang yang tidak pernah aku miliki?Kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang tidak pernah menjadi kepunyaanku? Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak pernah bersamaku dankubertanya, Kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya tidak pernah untukku?Sangat sulit bagi dua orang yang mencintai satu sama lain ketika mereka tinggal dalam dua dunia yang berbeda... Tapi ketika kedua dunia ini meleburdan menjadi satu, itulah yang disebut KEAJAIBAN!

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala mengalir selamanya...

Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan-kepingan kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan-pecahan kaca itu...Sehingga kamu akan menjadi utuh kembali...

dari milis motivasi

Susahnya Memahami Wanita

Suatu malam, ketika sedang berjalan sepanjang pantai California, seorang pria menemukan lampu tua yang diletakkan di atas batu. Ketika ia mengambil dan menggosoknya, seorang Jin mendadak muncul. "Baik, cukup sudah!" bentak Jin itu. "Ini keempat kalinya dalam bulan ini orang menggangguku! Aku begitu marah sampai aku hanya akan memberimu satu permintaan bukannya tiga! Jadi ayolah, ayo! Katakan apa yang kau inginkan, dan jangan membuang waktuku seharian!."

Orang itu berpikir cepat, kemudian berkata, "Yah, aku selalu bermimpi pergi ke Hawaii, tetapi aku takut terbang dan aku cenderung mabuk laut di atas kapal. Bagaimana kalau kau buatkan aku jembatan ke Hawaii? Dengan begitu, aku bisa naik mobil ke sana." Jin itu tertawa. "Jembatan ke Hawaii?! Kau pasti bercanda? Bagaimana aku bisa mendapat penyangga yang sampai ke dasar samudera? Itu membutuhkan terlalu banyak baja, dan sangat terlalu banyak beton! itu sama sekali tidak bisa dilakukan! Pikirkan permintaan lain!" Kecewa, pria itu berusaha keras untuk memikirkan permintaan lain.

Akhirnya ia berkata, "Baiklah, aku punya keinginan lain. Semua wanita dalam hidupku berkata aku tidak peka. Aku berusaha dan berusaha untuk menyenangkan mereka, tetapi tidak ada yang berhasil. Aku tidak tahu di mana kesalahanku. Satu permintaanku adalah untuk mengerti wanita... tahu bagaimana sebenarnya perasaan mereka ketika mereka membisu padaku... tahu mengapa mereka menangis ... tahu apa yang mereka inginkan ketika mereka tidak memberitahu aku apa yang sebenarnya mereka inginkan... aku ingin tahu apa yang membuat mereka benar¡¦bahagia."

Sunyi sejenak, kemudian Jin itu berkata, "Kau mau jembatan itu berjalur dua atau empat?"

MORAL CERITA:
benarkah wanita begitu rumit untuk dipahami?

dari milis motivasi

Jika Anda bangun pagi ini dengan lebih sehat daripada sakit, Anda lebih diberkati daripada jutaan orang yang tak akan selamat melewati minggu ini

Jika Anda punya makanan di kulkas Anda, pakaian di tubuh Anda, atap di kepala Anda, dan tempat untuk tidur, Anda lebih kaya daripada 75 persen dunia ini.

Jika Anda punya uang di bank atau di dompet Anda, Anda berada di antara 8 persen yang terkaya di dunia.

Jika Anda mengangkat kepala Anda dengan senyum di wajah Anda dan benar-benar bersyukur, Anda diberkati karena kebanyakan orang bisa, tapi sebagian tidak melakukannya.


Saya BERSYUKUR untuk istri yang memberiku makanan yang sama dengan malam kemarin karena berarti istriku di rumah malam ini,dan tidak bersama orang lain ...

BERSYUKUR untuk suami yang duduk bermalasan di sofa sambil baca koran males-malesan , karena itu berarti dia bersama aku di rumah dan tidak keluyuran,apalagi ke bar malam ini.

BERSYUKUR untuk anakku yang selalu PROTES di rumah, karena artinya dia sedang di rumah dan TIDAK sedang keluyuran di jalanan.

BERSYUKUR untuk pajak yang saya bayar, karena artinya saya bekerja atau punya penghasilan.

BERSYUKUR untuk rumah yang berantakan, karena artinya saya masih punya kesempatan
melayani orang-orang yang mengasihi saya.

BERSYUKUR untuk baju yang mulai kesempitan, karena artinya saya bisa lebih dari cukup untuk makan.

BERSYUKUR pada bayangan yang mengikutiku, karena artinya aku tidak disilaukan oleh matahari.

BERSYUKUR untuk Kebun yang harus dirapikan dan perkara yang harus dibetulkan di rumah, karena artinya saya punya rumah.

BERSYUKUR akan berita orang yang lagi demo, karena artinya kita masih punya kebebasan untuk berbicara.

BERSYUKUR untuk dapat tempat parkir yang paling jauh, karena artinya saya masih bisa berjalan kaki dan diberkati dengan kendaraan yang saya bisa bawa.

BERSYUKUR untuk cucian, karena artinya saya punya baju yang bisa dipakai.

BERSYUKUR karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari, karena artinya saya mampu bekerja keras setiap hari.

BERSYUKUR mendengar alarm yang mengganggu di pagi hari, karena artinya saya masih hidup.

Hiduplah, Senyumlah & Kasihi sesama dengan seluruh HATIMU .. !!


ditulis oleh Rusdy Gunawan
dari milis motivasi

Orang Buta

Orang buta menuntun orang buta
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah
sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta
itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita?
Kan sama saja buat saya!
Saya bisa pulang kok." Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang
lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu
setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang
pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu
kan punya mata! Beri
jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling
berlalu. Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini
si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya?
Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas,
"Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta',
saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab,
"Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si
penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun
melanjutkan perjalanan masing-masing. Dalam perjalanan selanjutnya, ada
lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih
berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?"
Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama."
Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda
orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam
tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang
berjatuhan sehabis bertabrakan. Sahabat,
Hari ini kita belajar tentang KEBIJAKSANAAN, KEPEDULIAN DAN KERENDAHAN
HATI...
Betapa gelap dan butanya kita tanpa pelita
kebijaksanaan...
betapa banyak orang saling bertabrakan karena keegoisan, keserakahan
tanpa ada kepedulian bagi sesama...
Betapa gampangnya kita menghakimi dan menyalahkan " si penabrak", padahal
mungkin saja pelita kita yang padam.. bukankah diperlukan kerendahan hati untuk
minta maaf??...
Ah.. seandainya didunia ini banyak orang yang saling mendukung dan saling
mengingatkan !!..
Selamat bekerja, hati-hati jangan menabrak... jaga lilin kebijaksanaan
agar tidak padam...

CINTA ADALAH MOTIVASI

Bicara tentang motivasi adalah bicara tentang sesuatu yang dapat membuat kita tergerak untuk bertindak melakukan sesuatu yang kita inginkan dengan penuh semangat dan pantang menyerah. Ada banyak hal yang dapat memotivasi kita.. Apakah itu uang, penghargaan, hadiah, jabatan, keinginan membahagiakan orang tua, dan yang paling berpengaruh dalam hidup kita adalah CINTA.

Banyak hal yang bisa berhasil ketika CINTA menjadi salah satu landasan untuk berbuat. Sebut saja para pejuang yang rela mengorbankan nyawa mereka di perang perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, hanya KARENA CINTA tanah air. Kemudian, ada lagi para atlet negara yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional, karena mereka pun CINTA tanah air, sekaligus CINTA terhadap olahraga yang mereka tekuni tentunya. Dan, yang paling ekstrem adalah, CINTA Romeo-Juliet yang membuat mereka melakukan segala cara agar bisa bersama, hingga akhirnya mati bersama. – jangan fokus pada matinya, tapi pada melakukan segala cara.

Jadi, bahwa dengan CINTA semuanya menjadi mungkin. Bahwa dengan CINTA, semuanya MENJADI BISA. Bahwa dengan CINTA, semuanya MENJADI NYATA! Hal tersebut sudah tertera dengan jelas-jelas di contoh-contoh yang sudah saya berikan. Dan, masih banyak lagi contoh-contoh lain di kehidupan nyata yang sebenarnya bisa dengan mudah Anda dapatkan, asalkan Anda peka.

Ada hal-hal tertentu yang bisa membuat CINTA menjadi motivasi terbaik ketika kita menulis. Baca hal-hal berikut,
1. Do what you LOVE, and LOVE what you do.
2. You’ll be whether COMPLETELY LOVE it, or completely hate it.
3. Aku CINTA, maka aku ada.

dari milis motivasi

Too Good To Be True

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan" katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya.

"Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri.

Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir...

"Maaf, apakah aku harus berhenti ?" tanyanya.

"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia.

"Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang..."

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya... Ia menunduk dan menangis...

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?
Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan
bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk...

dari milis motivasi

Arti Kehidupan

Alkisah, seorang pemuda mendatangi orang tua bijak yang tinggal di sebuah desa yang begitu damai. Setelah menyapa dengan santun, si pemuda menyampaikan maksud dan tujuannya. "Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk menemukan cara membuat diri sendiri selalu bahagia, sekaligus membuat orang lain selalu gembira."

Sambil tersenyum bijak, orang tua itu berkata, "Anak muda, orang seusiamu punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, untuk memenuhi keinginanmu, paman akan memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik ya..."

"Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain!" Kemudian, orang tua itu bertanya, "Anak muda, apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan beri tahu paman apa pengertianmu tentang hal ini."

Si pemuda menjawab, "Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain, maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri. Apakah betul, Paman?"

Dengan wajah senang, orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan kata-katanya. "Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu sendiri!"

Pemuda itu berkata, " Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh toleransi. Betul, Paman?"

Dengan raut wajah makin cerah, orang tua itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Ia berkata, "Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini baik-baik, anggap orang lain seperti mereka sendiri!"

Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, "Kalimat ketiga ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak asasi setiap manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai."

Kata orang tua itu, "Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat: anggap dirimu sebagai dirimu sendiri! Paman telah menyelesaikan semua jawaban atas pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan baik-baik."

Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, "Paman, setelah memikirkan keempat kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat Paman sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga gembira?"

Spontan, orang tua itu menjawab, "Gampang. Renungkan dan gunakan waktumu seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri."

Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya. Dia mendapat julukan sebagai: "Orang bijak yang selalu gembira dan senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal."


Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbuk kehangatan, kedamaian, dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami...

dari milis motivasi

Berjalan tergopoh-gopoh menuju tali-tali jemuran. Tangan kanannya terlihat menenteng seember cucian basah. Dengan benda putih kecil di kedua telinga ia siap beraksi. Menjemur pakaian, seperti pagi-pagi yang kemarin. Siti, ABG yang bekerja sebagai pembantu nyokap memang susah dipisahkan dari benda itu. Earphone, memang hampir selalu menemaninya bertugas. PRT jaman sekarang memang beda. Gaul, baca koran dan melek teknologi. Serupa tapi tidak sama dengan adegan diatas. Beberapa murid sekolah menengah dalam sebuah angkot. Pagi yang sibuk. Bunyi klakson disana-sini. Perlombaan berangkat kerja yang membuat kemacetan. Ada yang mengangguk-angguk kecil, yang seorang memejamkan mata, yang lain memandang lurus kedepan.Phose boleh tak sama, tetapi ditelinga mereka bertengger benda serupa. Lagi-lagi earphone, saudara kandung handsfree. Benda bersuara dengan berujung handphone, walkman, MP4 atau ipod dan sebagainya.

Yang satu ini sekarang bagaikan baju atau celana layaknya. Melekat erat dikeseharian kita. Tidak sulit untuk menemukan orang berbicara serius seorang diri di pinggir jalan. Bukan latihan drama, atau caleg stress yang bermunculan saat ini. Urusan bisnis, hanphone dan handsfree.Memang benda-benda itu sengaja didesign semakin kecil, semakin ringan, semakin mobile dan semakin muat menampung apapun didalamnya. Teknologi selalu mempunyai tujuan mempermudah, itu yang semua orang cari. Tetapi mengenai efek samping, yang seperti ini tidak banyak yang perduli.

Menyenangkan memang dapat mendengarkan lagu dimanapun kita mau. Menghibur stress sekaligus tempat persembunyian dari “kesunyian” atau “keheningan”. Memang kata yang satu itu sekarang hampir merupakan binatang yang nyaris punah. Silence. Banyak orang tidak nyaman akan kesunyian. Seandainya kita mau memperhatikannya, maka kita akan sadar betapa jari-jemari ini akan begitu cepat meraih remote –apapun itu TV, radio, tape- mencari “hiburan” untuk mengusirnya. Dan bagi sebagian besar orang itu sudah menjadi sebuah kebiasaan. Sepanjang pagi kita dihadang klakson, dan deru knalpot kendaraan bermotor, kemudian bunyi telepon dan kesibukan kantor. Sore harinya –kembali lagi seperti itu- bunyi klakson dan knalpot lagi. Dan setelah tiba dirumah : sinetron, acara seru dan lagu-lagu. Dan berakhir ketiduran ditemani oleh cable TV atau lagu-lagu MP3.

Kemodernan kerap kali mengusir kesunyian. Sehingga kesunyian buat kita telah terlajur menjadi “setan lewat”. Mencekam dan ingin cepat-cepat kita lalui. Memang dalam kesunyian pikiran kita akan terasa berbicara demikian keras, mengaduk-ngaduk sang diri. Inilah yang seringkali ditakutkan oleh sebagian kita. Tetapi seandainya kita bersabar, maka kita akan belajar satu hal. Menenangkan pikiran-pikiran itu. Terasa sulit untuk pertama kalinya, tetapi menentramkan dan menyembuhkan, jika kita telah terbiasa.

“Know how to listen and be sure that silence often produces the same effects as science”
-Napoleon Bonaparte-

Sejarah juga mencatat bahwa begitu banyak pencipta luar biasa yang dilahirkan dari kesunyian itu. Sebut saja Thomas Alva Edison, Beethoven, Helen Keller dan sederet tokoh lain sebagainya. Memang ketulian, merupakan kesunyian yang ekstrim dan sebagian besar dari kita mungkin tidak mengharapkan menjadi sebesar mereka. Tetapi paling tidak kita adalah pencipta dunia kita masing-masing.


Kadang kita berpikir bahwa kebisingan dapat diusir dengan kebisingan lain. Atau sekedar mengalihkan diri dari kebisingan yang tidak kita sukai, kepada kebisingan yang kita sukai. Padahal kebisingan hanya dapat ditenangkan oleh kesunyian. Bukan oleh cable TV, sinetron, lagu-lagu atau riuh rendahnya mall. Dan kesunyian (baca : suara alam) merupakan obat penyembuh alami yang sangat ampuh yang didesign oleh Sang Pencipta. Kita tidak lagi peka terhadap suara alam.

“We need to find God, and he cannot be found in noise and restlessness. God is the friend of silence. See how nature - trees, flowers, grass- grows in silence;
see the stars, the moon and the sun, how they move in silence...
We need silence to be able to touch souls.”
-Mother Teresa-


Nah, kalau sekarang Anda merasa begitu penat, terlalu mudah marah, sangat kuatir akan sesuatu atau dalam tekanan luar biasa. Matikan sejenak handphone dan benda-beda berbunyi lainnya dan datanglah kepada kesunyian. Dengarkan suara alam. Ternyata alam tidak pernah diam. Suara kodok, jangkrik, gesekan pohon bambu, kicauan burung, rintik hujan, gemericik air, deburan ombak, hembusan angin. Semuanya berbicara dalam nada mereka masing-masing. Bukan kebisingan melainkan kesesuaian yang dalam. Keharmonian.

Mulai dari sekarang, cobalah sisihkan waktu barang sepuluh menit setiap harinya dalam keheningan. Pengalaman pribadi saya, efeknya sangat luar biasa. Kesegaran, kreatifitas dan ketenangan. Vitamin yang sangat cocok buat pekerjaan dibidang seperti saya ini. Tetapi jangan percaya saya begitu saja, musryik. Anda harus mencobanya sendiri . Mumpung belum terlambat. Karena besar kemungkinan di generasi cucu kita nanti suara jangkrik, burung dan kodok sudah jadi suara digital belaka !!!

Ada sebuah kisah menggelikan. Seorang rekan kerja bersama anaknya kebetulan datang kerumah diwaktu malam. Kami meeting di sebuahbale bengong dihalaman rumah. Setelah beberapa saat lamanya, mungkin karena sudah tidak sabar, si anak yang tengah duduk dibangku kuliah bertanya. “Maaf Mas, itu suara apa sih, kodok yah ?”. Mamanya serta merta menjawab. “Itu suara mp3...!!”. Kemudian memandangiku, “Iya khan Mas ?”. Kontan aku dan istriku tertawa. “Itu kodok beneran”, sahut istriku. “Masak sih..?!!!” timpal mereka hampir berbarengan. “Kodok liar kok..kadang- kdang mereka bulan madu kesini”, kataku. Akhirnya kami menyempatkan diri untuk mengantarkan kedua anak dan ibu itu menuju kolam kecil persis didepan teras rumah. Dan dalam remang-remang itupun samar terlihat dua pasang kodok yang tengah ML…..making love alias kawin !!

“Silence is a source of great strength.”
-Lao Tzu-


ditulis : by MadeTeddyArtiana
photographer, disegner & company developer

Jika Anda bangun pagi ini dengan lebih sehat daripada sakit, Anda lebih diberkati daripada jutaan orang yang tak akan selamat melewati minggu ini

Jika Anda punya makanan di kulkas Anda, pakaian di tubuh Anda, atap di kepala Anda, dan tempat untuk tidur, Anda lebih kaya daripada 75 persen dunia ini.

Jika Anda punya uang di bank atau di dompet Anda, Anda berada di antara 8 persen yang terkaya di dunia.

Jika Anda mengangkat kepala Anda dengan senyum di wajah Anda dan benar-benar bersyukur, Anda diberkati karena kebanyakan orang bisa, tapi sebagian tidak melakukannya.


Saya BERSYUKUR untuk istri yang memberiku makanan yang sama dengan malam kemarin karena berarti istriku di rumah malam ini,dan tidak bersama orang lain ...

BERSYUKUR untuk suami yang duduk bermalasan di sofa sambil baca koran males-malesan , karena itu berarti dia bersama aku di rumah dan tidak keluyuran,apalagi ke bar malam ini.

BERSYUKUR untuk anakku yang selalu PROTES di rumah, karena artinya dia sedang di rumah dan TIDAK sedang keluyuran di jalanan.

BERSYUKUR untuk pajak yang saya bayar, karena artinya saya bekerja atau punya penghasilan.

BERSYUKUR untuk rumah yang berantakan, karena artinya saya masih punya kesempatan
melayani orang-orang yang mengasihi saya.

BERSYUKUR untuk baju yang mulai kesempitan, karena artinya saya bisa lebih dari cukup untuk makan.

BERSYUKUR pada bayangan yang mengikutiku, karena artinya aku tidak disilaukan oleh matahari.

BERSYUKUR untuk Kebun yang harus dirapikan dan perkara yang harus dibetulkan di rumah, karena artinya saya punya rumah.

BERSYUKUR akan berita orang yang lagi demo, karena artinya kita masih punya kebebasan untuk berbicara.

BERSYUKUR untuk dapat tempat parkir yang paling jauh, karena artinya saya masih bisa berjalan kaki dan diberkati dengan kendaraan yang saya bisa bawa.

BERSYUKUR untuk cucian, karena artinya saya punya baju yang bisa dipakai.

BERSYUKUR karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari, karena artinya saya mampu bekerja keras setiap hari.

BERSYUKUR mendengar alarm yang mengganggu di pagi hari, karena artinya saya masih hidup.

Hiduplah, Senyumlah & Kasihi sesama dengan seluruh HATIMU .. !!


ditulis oleh Rusdy Gunawan
dari milis motivasi

Tangis untuk adikku

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Yang mencintaiku lebih daripada aku mencintainya. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!" Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan napas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas provinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik,hasil yang begitu baik" Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga. Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..." Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu." Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?" Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar --ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. (Dari "I cried for my brother six times - swaramer)

dari milis motivasi

Pada zaman dahulu hiduplah dua orang jendral perang besar, Cyrus dan Cagular. Cyrus adalah raja Persia yang terkenal. Sedangkan Cagular adalah kepala suku yang terus-menerus melakukan perlawanan terhadap serbuan pasukan Cyrus, yang bertekat menguasai Persia. Pasukan Cagular mampu merobek-robek kekuatan tentara Persia sehingga membuat berang Cyrus karena ambisinya untuk menguasai perbatasan daerah selatan menjadi gagal. Akhirnya, Cyrus mengumpulkan seluruh kekuatan pasukannya, mengepung daerah kekuasaan Cagular dan berhasil menangkap Cagular beserta keluargnya. Mereka lalu dibawa ke ibu kota kerajaan Persia untuk diadili dan dijatuhi hukuman.

Pada hari pengadilan, Cagular dan istrinya dibawa ke sebuah ruangan pengadilan. Kepala suku itu berdiri menghadapi singgasana, tempat Cyrus duduk dengan perkasanya. Cyrus tampak terkesan dengan Cagular. Ia tentu telah mendengar banyak tentang kegigihan Cagular. "Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidupmu?" tanya sang kaisar. "Yang mulia," jawab Cagular, "Bila Yang Mulia menyelamatkan hidup hamba,hamba akan kembali pulang dan tunduk patuh pada Yang Mulia sepanjang umur hamba." "Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidup istrimu?" tanya Cyrus lagi.

"Yang mulia, bila Yang Mulia menyelamatkan hidup istri hamba, hamba bersedia mati untuk Yang Mulia," jawab Cagular. Cyrus amat terkesan dengan jawaban dari Cagular. Lalu ia membebaskan Cagular dan istrinya. Bahkan ia mengangkat Cagular menjadi gubernur yang memerintah di provinsi sebelah selatan.

Pada perjalanan pulang, Cagular dengan penuh antusias bertanya pada istrinya, "Istriku, tidakkah kau lihat pintu gerbang kerajaan tadi? Tidakkah kau lihat koridor ruang pengadilan tadi? Tidakkah kau lihat kursi singgasana tadi? Itu semuanya terbuat dari emas murni! Gila!"
Istri Cagular terkejut mendengar pertanyaan suaminya, tetapi ia menyatakan, "Aku benar-benar tidak memperhatikan semua itu." "Oh begitu!" tanya Cagular terheran-heran, " Aneh, lalu apa yang kau lihat tadi?" Istri Cagular menatap mata suaminya dalam-dalam. Lalu ia berkata, "Aku hanya melihat wajah seorang pria yang mengatakan bahwa ia bersedia mati demi hidupku."

Apakah Anda tahu demi apa Anda mati? Demi kekasih Anda? Rumah? Negara? Keyakinan? Kebebasan? Cinta? Tentukan demi apa Anda bersedia untuk mati,dan Andapun akan menemukan demi apa Anda hidup. Hiduplah demi sesuatu yang Anda bersedia untuk berkorban, bahkan mati pun rela, maka Anda akan hidup dengan penuh. Anda pun akan menemukan bagaimana Anda bisa berbahagia. (suaramerdeka)

Postingan Lebih Baru Beranda